98 Kali salat jenazah untuk Gus Mik Putra-putrinya mengunci diri dalam kamar

BERITA

Ditulis Kembali WYLLDY. F. S & Khamdun

11/13/20244 min read

Kediri, Surya Ribuan orang pelayat pejalan kaki dan puluhan kendaraan bermotor, mengiringi jenazah KH Hamim Tohari Djazuli alias Gus Mik ke tempat peristirahatan terakhirnya, di kompleks pemakaman Auliya', Dukuh Tambak, Desa Ngadi, Kecamatan Mojo, Minggu (6/6) sore.

Kompleks pemakaman seluas 0,5 hektar yang disiapkan sendiri oleh Gus Mik tahun 1990 itu, tidak mampu menampung pelayat, yang hendak ikut menyaksikan pemakaman kiai kondang yang terkenal dengan semaannya itu. Sehingga sebagian pelayat terpaksa berdiri di luar pagar pemakaman

Langit tiba-tiba mendung dan hujan gerimis turun, ketika jenazah Gus Mik sampai di tempat peristirahatannya yang terakhir. Tapi hujan yang hanya 10 menit itu, tidak membuat pelayat beranjak dari tempat masing-masing.

Ketika berada di Masjid Pondok Pesantren Al Falah milik keluarga Gus Mik, pelayat yang datang dari berbagai daerah di Jatim dan Jateng tidak terbendung. Salat jenazah diakhiri setelah 98 kali pada pukul 14.30 wib, meskipun sebenarnya masih banyak kerabat Gus Mik yang masih ingin melakukan salat.

Sedang Lilik Suyati -istri almarhum tampak tabah melepas kepergian suaminya tersayang itu. Meskipun dia tidak sempat bertemu Gus Mik saat- saat terakhir hidupnya.

"Sebelum Gus Mik meninggal, saya sudah tiga hari berada di Surabaya. Bahkan sudah datang ke RS Budi Mulia, tapi saya tidak diperbolehkan bertemu dengan Gus Mik," sesalnya kepada Surya yang menemui sebelum pemakaman. Sedang semua putra-putri Gus Mik terus mengunci diri dalam kamar.

Tak ketinggalan Ketua DPD Golkar Jatim Moh Said dan Muspida Kabupaten/Kota Madya Kediri, ikut melakukan salat jenazah Gus Mik yang dikenal sebagai pendukung berat partai berlambang beringin itu.

Tampak pula karangan bunga ucapan duka cita dari Gubernur Jatim, DPD Golkar Tingkat I Jatim, Artis Safari Jatim dan Muspida di Karesidenan Kediri.

Jenazah diberangkatkan dari Pondok Pesantren Al Falah seki- tar pukul 15.15 wib oleh KH Zainuddin (kakak Gus Mik), setelah didahului sambutan KH Hasyim Asyaari dari Pondok Pesantren Tebu Ireng Jombang dan Moh Said.

Ketika jenazah Gus Mik diusung ke mobil jenazah, ribuan santri berebut mengangkat keranda sambil mengumandangkan tahlil, yang diikuti ribuan petakziah sehingga membuat suasana semakin sakral.

Suara tahlil para pentakziah terus menggema sepanjang perjalanan menuju pemakaman berjarak sekitar lima kilometer dari Ponpes Al Falah. Sebagian besar pelayat berjalan kaki bering-iringan sepanjang tiga kilometer, mengikuti jenazah almarhum ke pemakaman yang sudah ditempati empat kiai besar dari Jatim itu.

Jenazah Gus berjarak sekitar 5 meter dari liang lahat besannya KH Achmad Siddik, pemilik Pondok Pesantren Assydikyah Jember, Jenazah KH Achmad Siddik dipindah ke kompleks pemakaman Aulya itu tahun 1991.

Keluarga Gus Mik yang ikut mengantar adalah istrinya Ny Lilik Suyati, empat orang anak- nya masing-masing Sabut Pranoto Projo, Tijani Robert Syaifunnawas, Tahta Alfina, Sadewo Ahmad dan Riadanus Fatusunna berada dalam satu mobil. Sedang Nyi Djazuli (ibu kandung Gus Mik) bersama keluarga lain menaiki kendaraan tersendiri.

Orang baik KH Zainuddin Djazuli (Gus Din), saat upacara pemberangkatan jenazah di Ponpes "Alfalah", Ploso-Mojo, Kabupaten Kediri, dengan lantang dia meminta kesaksian ribuan pelayat, "Gus Mik niku tiyang sae, nopo awon, sederek?" tanya Gus Din. Tanpa ada rekayasa, serta merta para pentakziah meneriakkan koor, "Saeeee....". Selebihnya, Gus Din juga minta dukungan pentakziah untuk mendoakan adiknya menghadap Sang Pembuat Hidup. "Semoga Gus Mik, adik saya menghadap Allah bilqolbin Salium (dengan hati tenteram dan selamat )," ucapnya di depan pentakziah, termasuk Pak Ud, Pak Said, serta pejabat di Kediri. Sementara itu Pak Ud (KH Yusuf Hasim), Pimpinan Ponpes Tebu Ireng, Jombang, mengatakan dengan melihat ciri-ciri yang melekat pada diri Gus Mik semasa hidup dia berani mengolongkannya waliyullah. sebagai "Saya saksikan lelakon hidupnya. Gus Mik orang unik, tiada bandingannya. Prakarsa ja miyah semaan Alquran membu daya, ide pemakaman 40 ulama yang mencengangkan. Dan kini saat penghormatan terakhir jenazahnya, umatnya melimpah mendoakan. Ini saya bilang, insyaallah beliau seorang wali," kata Pak Ud menjawab pertanyaan Surya, usai upacara pemberangkatan jenazah, kemarin. Dikatakan Pak Ud, secara pribadi dan atas nama keluarga besar NU merasa sangat kehilangan Gus Mik. "Sebab bagaimanapun, kami sesama ulama NU maupun penganut Ahlus Sunnah wal Jamaah," katanya.

Semaan, unik Disinggung soal jamiyah se maan Alquran "Mantab" pra- karsa Gus Mik sejak 1986, Pak Ud meminta agar para pengasuh Ponpes Al Falah meneruskan 'terobosan almarhum. Sebab, lanjutnya, selain semaan merupakan terobosan baru bagi kalangan ulama salaf untuk merangkul semua lapisan umat, ternyata jamiyah semaan ini sangat unik. "Betapa tidak unik? Layaknya organisasi, jamiyah semaan ini tak berstruktur, tanpa pimpinan, dan tak ada alamat sekretariatnya. Tapi semaan ini begitu melembaga di masyarakat. Mungkin keunikannya tak ada bahkan di dunia belahan manapun," kata Pak Ud menganalisa. Memang dalam jamiyah itu Gus Mik hanya disebut-sebut sebagi tokoh sentral, bukan pimpinan atau ketua. "Karena itu, sepeninggal Gus Mik ini maka kesinambungan jamiyah semaan mendapat tantangan. Tapi saya harap para penerusnya harus telaten," tambahnya.

Harapan serupa juga dilontarkan H Moh Said, Ketua DPD Golkar Jatim yang mengaku telah kenal Gus Mik sejak 1968, di Jember. "Saya harapkan semaan yang selama ini getol dilarisi oleh yang putra atau muridnya," kata Pak Said.

Mengomentari tingkah laku Gus Mik, yang orang awam menganggapnya nyeleneh, Said menilai memang itu sudah merupakan ciri khasnya. Bahkan Said mengaku sudah kenal betul, dengan almarhum, dan dianggapnya keluarga sendiri. "Sering tiba-tiba datang ke rumah, tetapi belum sempat saya ajak, ngomong tiba-tiba sudah pamit pulang. Tanpa pamit, tho ini kan aneh, kenangnya".

"Memang banyak tingkah laku Gus Mik, itu tidak dapat dicerna secara pikiran normal, termasuk saya sendiri juga sering mengalami keganjilan-keganjilan itu. Tak semua orang bisa menangkap perilaku, termasuk ucapannya sekalipun." tambahnya.

Menyesal

Namun kepergian Gus Mik itu membuat Pak Said menyesal, karena selama sejak menderita sakit hingga dirawat di RS, Pak Said, tidak sempat menjenguknya. "Ketika ada telepon tentang Gus Mik, kebetulan sekali saya sedang sibuk di luar dan itu tidak disampaikan kepada saya," katanya dengan nada sesal. Namun ketika disinggung, bahwa dirinya dekat dengan Gus Mik, karena peranan Gus Mik, sangat besar dalam tubuh Golkar yang selama ini dipimpinnya, Pak Said yang kemarin langsung datang dari Madiun itu langsung membantahnya. "Jangan kaitkan antara agama dengan politik, pintanya. Sebab menurutnya selama ini hubungan baiknya dengan Gus Mik, yang sudah terbina sejak tahun 1968 itu kapasitasnya hanya sebagai salah seorang penyebar agama Islam. "Saya tahu Gus Mik, karena dia getol sekali mengembangkan Agama Islam, sehingga wajar saja kalau saya dekat dengan Gus Mik," ujar nya. (eck35/dur/yud)