Gus Mik Juluki Said sebagai Samiin Nyentrik
BERITA
Surabaya, JP – H. Moch. Said, Ketua DPD I Golkar Jatim, tak pernah absen dalam setiap acara Semaan yang diadakan oleh Gus Mik — panggilan akrab Kiai Chamim Jazuli, tokoh sentral Semaan Alquran Mantab — di seluruh daerah Jawa Timur. Pekan lalu, misalnya, ia hadir dalam tiga kali Semaan, yakni di Blitar, Trenggalek, dan Lamongan.
Karena itulah, Gus Mik menjuluki sesepuh masyarakat Jatim itu sebagai "samiin nyentrik." Mengapa? "Meskipun Pak Said ini bukan samiin (istilah untuk pendengar dan penyimak Alquran dalam acara Semaan, Red.) yang hadir sejak subuh hingga Semaan berakhir, dia tak pernah absen dalam setiap Semaan," kata Gus Mik kepada Jawa Pos.
Julukan untuk Said itu juga dikemukakan Gus Mik dalam Semaan di Pendapa Kabupaten Lamongan. Acara itu secara khusus dihadiri Menpora Ir. Akbar Tanjung, Bupati Lamongan R.H. Mohammad Faried SH, Wakil Sekretaris DPD I Golkar Jatim H. Mochmad S., beberapa pejabat, dan ribuan samiin-samiat. Tampak juga mantan Ketua PB PMII Ir. Moch. Iqbal Assegaf dan tokoh pemuda dari Jakarta.
"Pak Said ini tidak punya Kitab Sulam-Safinah, Bidayah, Fathul Qorib, apalagi Fathul Muin. Pak Said hanya punya salat dan kejujuran," ungkapnya. "Tapi saya tegaskan di sini, Pak Said itu baik dan mulia hatinya," tambah Gus Mik. Bahkan, secara khusus Gus Mik mendoakan Pak Said dikaruniai kesehatan lahir batin. "Poro samiin-samiat, apakah Saudara-Saudara setuju kalau Pak Said masuk surga?" seru Gus Mik. "Setuju...!" jawab samiin-samiat kompak.
Permintaan persetujuan terhadap para samiin-samiat dan hadirin itu agaknya merupakan jaminan bahwa Gus Mik benar-benar menaruh perhatian besar terhadap Pak Said, sesepuh masyarakat Jatim yang sangat tekun mengikuti Semaan Alquran.
Selain doa khusus yang jarang terjadi serta julukan nyentrik, Gus Mik juga menganggap kehadiran Pak Said memang cukup menyuburkan acara Semaan yang digelar sejak enam tahun lalu. Meskipun belum genap setahun pertemuan Gus Mik dengan Said di medan Semaan, hasil riil yang dirasakan dan dilihat sudah sangat besar.
Bahkan, secara khusus Said juga merencanakan agar acara Semaan itu terus dikembangkan di kantor-kantor kabupaten/kotamadya hingga kelurahan. Akhirnya, Semaan memang tidak hanya dilaksanakan di masjid, langgar, atau rumah-rumah kaum muslimin. Semaan diharapkan menjadi bagian dari tradisi dan budaya nasional. (hin)