Gus Mik tentang Berbagai Masalah Aktual (1) Karena Golkar Sudah Telanjur Besar
BERITA
Untuk pertama kalinya, Gus Mik, Kiai Chamim Jazuli, tokoh sentral Semaan Alquran Mantab, berbicara blak-blakan tentang berbagai masalah aktual, mulai dari calon presiden dan wakil presiden periode mendatang, pemilihan umum, masa depan jamiyah NU, hingga soal kesenian dan kebudayaan. Banyak prediksi yang dikemukakan oleh tokoh sentral semaan itu, namun tidak semuanya bisa ditulis dalam kolom ini. Wartawan Jawa Pos, H. Sholihin Hidayat, yang hampir tiap malam menemani Gus Mik, akan menuliskan pernyataan-pernyataan tokoh itu secara bersambung.
Saat-saat menjelang pemilihan umum seperti sekarang ini, ternyata para ulama dan kiai juga disibukkan untuk menjawab berbagai pertanyaan umat. Banyak hal yang ditanyakan, mulai dari yang sepele hingga yang mendasar. Misalnya, tentang gambar apa yang layak dicoblos dalam pemilu nanti, apa hukum coblosan, partai mana yang bisa memperjuangkan nasib umat, dan sebagainya.
Selain itu, ada pertanyaan yang kedengarannya lucu namun bisa juga menjadi permasalahan mendasar. Bolehkah kita tidak mencoblos, meskipun tetap datang ke TPS (Tempat Pemungutan Suara) lantaran tidak ada calon yang dianggap bisa mewakili?
Gus Mik sering mendapat pertanyaan semacam itu dalam berbagai kesempatan, khususnya dalam acara-acara semaan. Warga NU termasuk kelompok yang paling sering mengajukan pertanyaan, terutama setelah jamiyah tersebut kembali ke Khitah 1926 pada 1984. Beberapa pertanyaan memang sempat dijawab dalam forum semaan. Namun, karena banyak dan beragamnya pertanyaan yang diajukan, memang diperlukan penjelasan yang agak terinci disertai dengan latar belakang permasalahan. Wartawan Jawa Pos berkesempatan mewawancarai "tokoh spiritual" itu dalam berbagai kesempatan.
"Bagi umat Islam, nyoblos dalam pemilihan umum adalah ibadah," kata Gus Mik memulai penjelasannya. Mengapa? Menurut dia, mengatur dan menyelenggarakan negara adalah bagian dari rangkaian pengabdian umat kepada Yang Mahakuasa. "Begitu juga coblosan dalam pemilu. Pemilu adalah bagian dalam mengatur dan menyelenggarakan negara, karena itu termasuk ibadah," tambahnya. Karena pemilu termasuk ibadah, umat tidak boleh menganggap ringan atau bersikap acuh tak acuh terhadapnya. "Menyukseskan pemilu adalah kewajiban bangsa Indonesia, termasuk umat Islam," tandas ulama yang punya kharisma luar biasa itu. Menurutnya, umat Islam sangat berkepentingan terhadap suksesnya pemilihan umum. Sebab, kalau pemilu sukses, penyelenggaraan negara juga akan lancar, demikian seterusnya.
Lantas, gambar apa yang patut dicoblos dalam pemilu nanti? Untuk menjawab pertanyaan ini, Gus Mik terlebih dulu membeberkan berbagai masalah yang berkembang, termasuk bagaimana pembangunan di negara kita bisa sukses dan berkesinambungan. "Pertanyaan ini memang yang terbanyak dilontarkan kepada saya, khususnya dalam acara semaan," katanya.
Bahkan, dalam semaan Alquran di rumah H. Moch. Said tahun lalu, Gus Mik sepertinya diberondong dengan pertanyaan di atas. Dia kemudian secara tegas menyatakan bahwa OPP (Organisasi Peserta Pemilu) yang pantas dicoblos adalah Golkar. "Perjuangan Golkar sudah jelas. Programnya juga jelas, pembangunan. Dan hasilnya pun sudah bisa kita rasakan," jelasnya waktu itu.
Kepada Jawa Pos pekan lalu, Gus Mik menegaskan kembali penjelasan itu. "Kita semua punya tanggung jawab agar Golkar tetap yang terbesar," tegasnya. Mengapa? "Sejak organisasi ini berdiri, arah dan garis yang dituju sangat jelas. Pembangunan. Umat pun sudah merasakan keberhasilan-keberhasilan pembangunan. Bukti yang lain dari perjuangan Golkar juga banyak."
Mengapa harus Golkar yang didukung? "Golkar sudah telanjur besar. Kebesaran organisasi itu membuktikan bahwa program yang ditawarkan mendapat sambutan baik dari umat dan bangsa Indonesia. Sementara itu, yang lain sampai sejauh ini belum mampu menunjukkan karya nyata yang bisa membuat umat jatuh hati dan kemudian mendukungnya," papar Gus Mik.
Menurut dia, peranan Golkar dalam menyiarkan agama Islam dinilai cukup nyata. Hal itu bisa dilihat dari makin semaraknya kehidupan keagamaan di Indonesia yang semakin hari semakin tampak jelas. Kondisi umat pun, baik dari segi ekonomi, sosial, budaya, politik, dan sebagainya, juga semakin membaik.
Selama kurun waktu 25 tahun terakhir ini, menurut Gus Mik, banyak pesantren dan masjid yang dibangun Golkar. Tentu semua tak terlepas dari kerjasama yang baik dengan pemerintah. Tokoh-tokoh Golkar pun sejak awal sudah keluar masuk pesantren. Ini membuktikan mereka juga memperhatikan aspirasi umat, katanya.
Oleh karena itu, Gus Mik kemudian memberikan jawaban yang jelas dan tegas terhadap pertanyaan umat seputar pemilihan umum. Umat juga diminta benar-benar melaksanakan haknya dengan didasari niat ikhlas mengabdi kepada Allah SWT.
Pada saat masuk ke bilik TPS juga harus membaca doa dulu sebelum mencoblos tanda gambar. "Dengan demikian, Allah SWT akan memberikan bimbingan kepada kita, di mana pun kita berada," tegasnya.
Tentang golput, Gus Mik memperkirakan jumlahnya tidak sebanyak pada pemilu-pemilu sebelumnya. Sebab, dari tahun ke tahun, pemerintah semakin berupaya mengembangkan demokrasi dalam penyelenggaraan negara. "Tetapi, sebaiknya kita jangan berpikiran aneh-aneh, misalnya menjadi golongan putih atau tidak mencoblos dalam pemilu."