Hari-Hari Menjelang Gus Mik Tutup Usia (8) Setelah Gus Mik, Siapa ke Makam Aulia?

BERITA

Ditulis Kembali WYLLDY. F. S & Khamdun

11/12/20244 min read

Sejumlah pertanyaan seputar pengganti Gus Mik sebagai tokoh sentral semaan agaknya belum akan terjawab dalam waktu dua atau tiga tahun mendatang. Juga siapa penerusnya sebagai pengembara malam di ruang-ruang gelap dan pojok pojok fitnah yang selama ini menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sang gus. Di dunianya yang sepi ing pamrih itu, Gus Mik selalu menjabat erat dan menengadahkan tangan berisi panjatan doa bagi semua. Kini, setelah Gus Mik tinda, siapa yang menggantikan posisi yang tak dijangkau para kiai dan ulama itu? Inilah bagian ketiga tulisan wartawan Jawa Pos H. Sholihin Hidayat tentang wasiat Gus Mik, semaan, dan sebagainya

KEPERGIAN Gus Milk yang begitu cepat memang cukup menyentakkan banyak orang. Apalagi, wali karismatik yang setiap saat dikelilingi belasan santri di "pos-pos umum" dan "pos khusus" itu seakan dengan sengaja membiarkan munculnya sejumlah pertanyaan yang berkembang di masyarakat. Misalnya, soal mengapa Gus Mik sangat jarang pulang ke rumahnya di Desa Ploso, Kecamatan Mojo, Kediri. Juga tentang pengembaraan malamnya yang sampai sekarang menyisakan teka-teki yang sulit dijawab.

Hallain yang juga ditinggalkan Qus Mik dan belum akan terjawab dalam waktu dua-tiga tahun ini, antara lain, soal siapa pengganti nya sebagai tokoh sentral semaan serta siapa aulia (jamak dari kata wali kekasih Allah SWT) yang akan dimakamkan di Makam Aulia Dukuh Tambak, Kediri.

Soal siapa yang akan menggantikannya sebagai tokoh sentral semaan. Gus Mik sama sekali tak menunjuk seseorang. Misalnya, beberapa hari menjelang wafatnya, ada beberapa santri yang nekat tanya. "Gue Mik, siapa yang akan ditunjuk sebagai pengganti Bapak selama Bapak dirawat?" tanya santri itu. "Apa yang dimaksud pengganti setelah saya mati nanti," jawab Gus Mik. Mendengar jawaban itu, tentu mereka tak berani melanjutkan pertanyaan. Namun, setelah sekian hari pertanyaan yang sama tak muncul, Gus Mik justru meyatakan secara bergurau tentang siapa yang akan melanjutkan kelestarian semaan. "Kan masih ada Pak Baba, Pak Slamet, Gus Ali. Sholihin, Weda, dan sebagainya. Mereka-mereka itulah yang harus hadir dalam setiap semaan." tegasnya sambil tersenyum.

Baha Moetaryogo, H.M. Slamet SH, dan Gus Ali Muhammad adalah tiga dari empat sekawan yang mendampingi Gus Mik selama sakit (satunya lagi adalah putra tertua Gus Mik, Gus Tajuddin). Sedangkan Weda adalah penyanyi rock Ayu Wednyanti yang selama setahun terakhir ini mempelajari lslam dan baru diajari separo syahadat oleh Gus Mik. Menurut Cas Ali, semaan memang wajib dikembangkan dan diteruskan. "Bagi samita samint, adalah wajib menghadiri tiap semaan serta menjalankan aurat Gus Mik, baik secara pribadi maupun secara berkelompok," katanya Aurat yang dimaksud adalah tradisi dan kebiasaan baik yang selama ini telah dijalankan dalam semaan, khususnya oleh Sang Tokoh Sentral Samaan.

Kegiatan zhikrul ghofilin (bacaan pujian dan juga ratapan kepada Allah dan Rasul-Nya, juga tahmid, tahlil, salawat, dan sebagainya yang jaga dimaksudkan untuk mengingatkan orang-orang lupa) dipasrahkan kepada KH . Arsyad Astar Dean Bono, Campur Darat, Tulungagung). Sebelumnya, kepemimpinan zhikrul ghofilin dijabat almarhum KH. Achmad Shiddig Setelah Kiai Achmad wafat, langsung dikoordinant Gus Mik. Dan, kini diserahkan kepada kini muda dari Tulungagung.

Fungsi Gus Mik yang lain, yang selama ini mengunding sujumlah teka-teki, yakni perjalanan malam ke ruang-ruang gelap dan penuh fitnah, agaknya sulit digantikan. Apalagi, umumnya kita memandang perjalanan semacam itu mengandung resiko besar dan berat. Bahkan, justru dunia malam dengan berbagai mecam gemerlapnya sering luput dari perhatian kita, khususnya para penyampai ajaran Nabi.

Menurut KH A. Zainuddin Jazali yang lebih dikenal dengan panggilan Gus Din, dunia malem Gus Mik memang sulit dijangkau kiai. "Saya sendiri tak akan sanggup melaksanakan tagas sebagaimana yang diemban Gus Mik, katanya jujur. Menurut dia, Gus Mik yang juga tetap menjabat sebagai salah seorang pengasuh Pondok Al Falah Mojo. Kediri, itu justru berhasil masuk ke sisi-sisi dunia yang dibenci itu.

Bahkan, Gua Mik akhirnya menjadi bagian penting dari dunia malam Surabaya. Kehadirannya sangat menyejukkan siapa saja. Pojok pojok dunia yang mendatangkan fitnah dimasuki dan digeluti Gus Mik. Di situ dia bertemu artis, bintang film, penyanyi, seniman, budayawan, juga pejabat dan perwira, bahkan para peminum, pemabuk, pemain, dan sebagainya. Tapi, di sana pulalah dia berhasil mengentas puluhan peminum dan pemabuk untuk sembah minum air putih. Tidak sedikit pula para "tarikus solat" yang kemudian kembali menekuni olahraga harian lima waktu itu. Setelah dia tiada, memang belum ada tanda- tanda siapa yang akan mau berkorban untuk masuk ke dunia itu. Tugas berat dengan risiko dicaci dan dikucilkan orang ini masih mengharapkan kehadiran seorang tokoh "mesias" lain.

Saya jadi teringat dengan ucapan Almaghfurloh Mbah Hamid (Pasuruan) yang menyatakan bahwa tugas dia sebagai penyampai kebenaran dengan medan yang jelas seperti pesantren memang tak terlalu sulit dilaksanakan. Tapi, Gus Mik ditugaskan di dunia merah (hitam, maksudnya) yang memerlukan tantangan dan bahkan menjadi ajang fitnah bagi orang lain. Pertanyaan lain yang tak kalah menariknya setelah Gus Mik meninggal adalah siapa saja wali yang mendapat kehormatan untuk di makamkan di Makam Aulia Dusun Tambak, Majo. Di "maqbaroh" seluas 0,5 hektare yang dibangun Gus Mik pada 1990 itu kini baru dimakamkan empat ulama, yakni Kiai Anis Ibrahim, Mbah Bani Askar, KH Achmad Shiddiq (mantan rais aam PBNU), dan Minggu lalu Gus Mik. Padahal, menurut Gus Mik, makam tersebut diperuntukkan li'arbain minasshalihin (40 orang saloh). Lantas, siapa 36 ulama lain yang punya free pass untuk masuk kejajaran aulia itu?

Hingga wafatnya Sabtu lalu di RS Budi Mulia Surabaya, belum jelas siapa saja yang akan dimakamkan di sana. Gus Tajuddin putra tertua Gus Mik yang selama ini paling dekat dengan ayahnya di saat-saat menjelang wafatnya juga tak mau bercerita tentang hal itu. "Itu yang paling tahu adalah Gus Mik. Ide pemusatan maqbaroh para aulia itu dari Gus Mik. Juga siapa saja yang pantas dimakamkan di sana, tergantung Gus Mik," katanya. Gus Ali, orang terdekat dan kepercayaan Gua Mik yang selama ini menjadi pelaksana operasional semaan, mengatakan dia tak akan bisa menjawab pertanyaan seputar ulama yang akan di "sarekan" di Makam Aulia. "Gus Mik-lah yang tahu," jawabnya pendek. Kan Gus Mik sudah almarhum? "Saya kira, siapa nanti yang berhak dimakamkan di sana, akan diberi tahu Gus Mik secara gaib," tambahnya.

Namun, Gus Ali memperkirakan, Gus Mik sebenarnya sudah membisiki" masing-masing orang yang akan mendapat keistimewaan untuk beristirahat di Makam Tambak. "Yang nantinya paling mendapat prioritas adalah para khuffadz (penghupal Alquran) yang selama ini aktif di semaan," jelasnya.

Tapi, bagaimana kriteria yang akan dipekai untuk menentukan hal itu? Agaknya, selain berpatokan pada isyarat yang akan diberikan Gus Mik nanti, Gus Ali memilih jalan kompromi", yakni didasarkan pada kesepakatan para pentolan semaan dan ulama yang dianggap berkompeten. Antren memang panjang. Tapi, siapa yang berhak masuk ke sana, wallahu a'lam bissawab.