Hujan Deras Melepas Gus Mik Salat Jenazah Sampai 94 Kali
BERITA
Kediri, JP. -
Ada beberapa kejadian menggetarkan menjelang pemakaman Gus Mik, tokoh sentral Semaan Alquran Mantab, di makam Aulia Tambak Desa Ngadi, Kecamatan Mojo, Kediri, kemarin sore. Sekitar 100 ribu pelayat yang datang dari berbagai pelosok Jatim, Jateng, Yogya, Jabar, dan DKI Jakarta, ikut menyaksikan "keajaiban" itu.
Sebagaimana diberitakan kemarin, Gus Mik tutup usia pada Sabtu malam pukul 19.40 WIB di RS Budi Mulya Surabaya, setelah dirawat secara intensif selama sekitar dua bulan. Gus Mik selama ini mengidap penyakit kanker paru-paru dan ginjal yang sudah akut. Peristiwa "keajaiban" pertama yang terjadi kemarin, ketika jenazah tokoh sejuta umat itu keluar dari Pondok Pesantren Al Falah, Ploso. Begitu ekor mobil jenazah keluar pintu gerbang pondok, tiba-tiba hujan deras mengguyur. Padahal, langit hanya berawan tipis putih. Matahari pun tetap bersinar cerah (Baca juga features di kanan bawah halaman ini).
Tumpahan air dari langit itu hanya berlangsung sekitar lima menit dan kemudian reda. Matahari sore masih terasa menyengat, seperti yang dirasakan para pentakziah sejak pagi. Lenyapnya hujan seketika itu, seiring dengan semakin menjauhnya jenazah Gus Mik menuju Makam Aulia, sekitar 4,5 km arah selatan pondoknya.
Kejadian aneh itu terulang kembali tatkala jenazah Gus Mik akan dimasukkan ke liang lahat. Hujan kembali mengguyur deras, kendati mentari masih bersinar. Memang, ada sedikit awan bergayut di atas wilayah itu.
Dan, yang terasa menggetarkan kalbu, di sela-sela hujan yang tak begitu deras itu, di saat jenazah Gus Mik dimasukkan ke liang kubur, Gus Ali Muhammad, salah seorang empat sekawan yang selama dua bulan terakhir menemani Gus Mik di kala sakit, menyerukan bacaan salawat nabi lewat pengeras suara. Di ujung ucapan salawat yang kemudian diikuti ribuan pelayat itu, serta-merta di atas langit terdengar satu dentuman gemuruh petir.
Beberapa pelayat pun sempat tengadah, dan kemudian larut dalam gema bacaan salawat selanjutnya. Seorang di antara pelayat sempat bergumam, "Seakan gema salawat itu menembus sampai ke arasy (singgasana Allah SWT)."
Bahwa sebagian besar pelayat tokoh sentral semaan ini menitikkan air mata, bahkan banyak yang histeris, juga merupakan salah satu bukti kalau mereka benar-benar kehilangan seorang tokoh yang sangat mereka cintai selama ini dan sulit mencari penggantinya.
Jenazah Gus Mik diberangkatkan ke pemakaman Aulia pada pukul 15.00 seusai salat asar. Sejak disemayamkan di masjid kompleks pondok Al Falah menjelang subuh, jenazah Gus Mik disalati 94 kali oleh para pentakziah, santri, warga, pejabat, maupun para samiin. Jika kapasitas masjid itu bisa menampung 400-500 orang, berarti sekitar 40.000 orang telah menyalati jenazah Gus Mik, termasuk di antaranya sesepuh masyarakat Jatim H Moch. Said, beberapa kiai pimpinan pondok pesantren, muspida Kabupaten Kediri, pejabat tingkat I, dan sebagainya. Jumlah itu belum termasuk mereka yang salat gaib di masjid atau musala sekitar pondok, juga para pelayat putri yang umumnya tidak dapat menyalati langsung di hadapan jenazah Gus Mik di masjid pondok putra itu.
Suasana yang sangat mengharukan tercipta ketika jenazah Gus Mik dikeluarkan dari masjid dan dimasukkan ke mobil ambulans milik Masjid Baiturrahman Kediri.
Dipilihnya ambulans sebagai pengangkut jenazah Gus Mik, selain jarak antara tempat persemayaman dan kuburan cukup jauh, sekitar 4,5 km, juga demi keamanan jenazah sendiri yang dikhawatirkan menjadi rebutan pengikutnya yang ingin menggotong tokohnya itu. Dalam mobil jenazah tampak saudara Gus Mik, KH Munif dan KH Fuad. Sementara Gus Din, selaku saudara tertua, memimpin upacara pemakaman. Kemudian H Moch. Said, selaku tokoh masyarakat Jatim, teman, dan "murid" Gus Mik, juga memberikan kata sambutan. Menurut dia, Gus Mik adalah pejuang agama yang sulit dicari penggantinya. "Kita semua berduka atas kepergian almarhum. Gus Mik adalah seorang pejuang agama," katanya. Pak Ud-KH Yusuf Hasyim, Rais Syuriah PBNU dan pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng Jombang, juga memberikan sambutan, baik atas nama pribadi maupun organisasi NU. "Atas nama PBNU dan seluruh warga NU, pada saat ini kami ungkapkan belasungkawa yang setulus-tulusnya atas meninggalnya Gus Mik." Pak Ud sendiri memberikan penilaian terhadap Gus Mik sebagai tokoh dan pemimpin suatu gerakan yang tidak ada bandingannya. "Pemimpin dan tokoh organisasi dan gerakan, tetapi tidak punya alamat yang jelas. Sepeninggal almarhum, tanggung jawab selanjutnya terletak pada para penerus dan santri yang selama ini mendampingi Gus Mik," katanya. (zh/jto/hin/ws/ds)