Tanggapan atas Tulisan Drs Agus Sunyoto MPd Wajah Gus Mik yang Ditekuk

BERITA

Ditulis Kembali WYLLDY. F. S & Khamdun

10/28/20244 min read

Drs Agus Sunyoto MPd membela otoritas kiai yang digugat oleh Dr. Riswanda Imawan (Surya, 17 dan 18 Juli). Juga pada tulisan-tulisan lain, yang cenderung terutama cerita bersambung di Jawa Pos berjudul "Kiai Ageng Badar dan Khathrat" ke arah sufistis.

Menanggapi analisa Dr. Riswanda yang menilai merosotnya perolehan suara Golkar pada pesta demokrasi '92 khususnya di Jatim, disebabkan merosotnya otoritas kiai, Agus Sunyoto membela citra kiai pesantren dalam hal otoritas mereka di mata para santri atau pengikutnya. Namun, ketika menjelaskan kasus yang menyebabkan merosotnya perolehan Golkar, Agus Sunyoto, sengaja atau tidak, tidak hanya menengarai tetapi juga 'memvonis berdosa' kepada seorang kiai yang selalu disebut dengan "kiai yang bersangkutan."

Siapakah kiai yang bersangkutan? Agaknya Drs Agus Sunyoto MPd punya maksud tersembunyi ketika menyebut kiai yang di-'vonis' itu dengan sebutan "kiai yang bersangkutan." Namun, dia tidak ingin "kiai yang bersangkutan" menjadi misteri yang tidak dapat dimengerti para pembaca. Dia tulis secara gamblang indikasinya agar dapat menjelaskan siapa sebenarnya kiai tersebut. Indikasi-indikasi itu bisa dijelaskan sebagai berikut:

  1. "Jamaahnya besar dan selalu mengadakan pengajian massal." Ini tidak lain adalah Semaan Al Quran Mantab, yang setiap kegiatannya di Jatim dan DIY, jamaahnya mencapai ribuan bahkan puluhan ribu, terjadwal rapi, sebulannya tidak kurang 15 kali.

  2. "Setiap mengaji massal, senantiasa diangkatlah kesan seolah oleh kiai bersangkutan secara formal memilih Golkar." Ini erat kaitannya dengan pidato Gus Mik di arena Semaan Al Quran menjelang masa kampanye, yang kebanyakan dilaksanakan di pendopo-pendopo kabupaten.

  3. Konsep tiga pilihan hidup yakni: "1. Selamat di dunia dan akhirat, 2. Selamat di salah satunya, 3. Celaka di kedua duanya," dan ini "...terkesan seolah-olah kiai bersangkutan menyuruh jamaahnya memilih OPP nomor satu." Itulah salah satu dari konsep Gus Mik yang sering dipidatokan. Kebetulan dalam kalender 1992, tiga konsep pilihan hidup tersebut dicetak di halaman pertama, persis di bawah gambar Gus Mik.

  4. "Perolehan suara Golkar merosot cukup besar, terutama di daerahnya kiai bersangkutan." Daerah tersebut tepatnya Desa Ploso, Kec. Mojo, Kediri. Menjelaskan dengan gamblang, yang dimaksud Agus Sunyoto dengan "kiai yang bersangkutan" tidak lain adalah Kiai Chamin Djazuli, lebih akrab dengan panggilan Gus Mik, tokoh sentral Semaan Al Quran Mantab.

Kenapa Gus Mik yang dituding? Harus diluruskan 'vonis berdosa' dengan mengatakannya: "Entah seberapa besar dana yang disuntikkan Golkar untuk kiai bersangkutan." Juga di satu sisi: "Senantiasa diangkat kesan seolah oleh kiai bersangkutan secara formal memilih Golkar," dan di sisi lain: terkesan seolah-olah kiai bersangkutan menyuruh jamaahnya memilih OPP nomor satu." 'Vonis berdosa' kepada Gus Mik karena dinilai menjadi 'kiai amplop' dan 'kiai berwajah dua' harus diluruskan. Ini bisa mengarah menjadi fitnah. Ini amat disayangkan bagi seorang Agus Sunyoto, yang dalam banyak tulisannya ingin memberi warna kesufian. Patut dipertanyakan, kenapa dia menuding Gus Mik?

Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan Agus Sunyoto menulis Gus Mik seperti itu. Pertama, dia peroleh melalui berita, komentar, dan analisa di koran, bersumber dari orang yang belum mengenal Gus Mik atau beberapa kenalan dan omong-omongan. Perkenalan terhadap seseorang dengan cara seperti itu kurang memadai menurut syarat sosiologis. Dr. Ali Shariati dalam bukunya "Islam dalam Perspektif Sosiologi Agama" memberikan dua syarat utama untuk dapat mengenal sejarah sejak dari awal, termasuk latar belakang dan lingkungannya. Di sini, Agus Sunyoto memang belum kenal dengan Gus Mik.

Kedua, Agus Sunyoto dalam menilai Gus Mik terjebak ke dalam sikap generalisasi. Karena Kiai Badri Probolinggo mengatakan: "Siapa yang menyumbang dana lebih banyak kepada pesantren, ya OPP itulah yang kita dukung." Ada Kiai Syafi'i Sulaiman dan HM Sholih Hayat (Ketua dan Sekretaris PW NU Jatim) yang mengatakan: "Karena Golkar lebih menguntungkan NU, terutama dalam hal dana, ya Golkar-lah yang kita dukung." Bahkan Gus Dur, PBNU, mengungkapkan fenomena itu di media massa: "Golkar, kata Gus Dur, dalam mendekati NU Jatim hanya dengan amplop. Kalau hanya dengan pendekatan amplop, ya sebatas itulah yang diberikan NU kepada Golkar." Karena Agus Sunyoto seorang analis, analisanya yang kini nakal dan terjebak dalam generalisasi menilai Gus Mik dalam berakrab-akraban dengan Golkar sama dengan para kiai di atas. Ironisnya, yang kena getah hanya Gus Mik.

Ketiga, kemungkinan Agus Sunyoto terpengaruh opini yang sengaja dibentuk sebagian orang tertentu melalui koran, yang sudah ada benih kurang simpati terhadap sikap-sikap Gus Mik yang kadang memang unik dan antik.

Sedikit pribadi dan karya Gus Mik mengikuti syarat sosiologis, seperti dikemukakan Dr. Ali Shariati, gambarankoh dalam berprinsip dan bersikap tidak terpengaruh oleh pujaan dan caci maki orang. Prinsip kokoh seperti ini, dikaitkan dengan dukung-mendukung OPP, dialami Kiai Haji Anis Ibrahim, seorang kiai besar di Tulungagung. Beliau dicacimaki dan dimusuhi para kiai, terutama yang aktif di organisasi, karena patuh pada dawuh Gus Mik agar sukarela mendukung Golkar di saat PPP masih sebagai partai Islam. Dikaitkan dengan beragama, berkeluarga, dan masyarakat, dialami KH Achmad Siddiq, Rais Am PB NU. Beliau dikenal memiliki pemikiran bening, cemerlang, serta berwawasan luas. Dalam pergumulan yang panjang sejak tahun 1970, akhirnya begitu hormat kepada Gus Mik dan sekaligus menjadi mitra andal dalam mengembangkan Semaan Al Quran dan Wirid Dzikrul Ghofilin.

Karya-karya Gus Mik dapat menunjukkan lebih tegas sosoknya yang kokoh dalam bersikap dan berprinsip, terutama dalam hal menggapai ridho Allah dan mengantarkan umatnya menuju ke sana. Semaan Al Quran dan Dzikrul Ghofilin adalah dua karya utama Gus Mik dalam menciptakan sarana bagi jamaahnya untuk meniti jalan menuju kampung akhirat dan mencapai ridho Allah. Semaan Al Quran, pelaksanaannya memakan waktu sekitar 15 sampai 18 jam, berisikan: 1. Menegakkan sholat fardhu secara berjamaah dan tepat waktu, plus sholat-sholat sunnahnya. 2. Selalu menggemakan alunan ayat-ayat Al Quran sebanyak 30 juz, membawa istighfar, sholawat, tahlil, asmaul husna, dan aneka doa kepada Sang Pencipta untuk kepentingan jamaah, keluarga, orang lain, bangsa, dan negara bahkan kebaikan seluruh penduduk bumi yang kita diami ini. 3. Bertasyaffu (mohon bantuan syafaat) dan bertabarruk (mengharap tambahan kebaikan) kepada para Anbiya, Auliya, dan Ulama Sholihin.

Karya berikutnya adalah doa Syi'ir, sebuah karya sastra berbahasa Arab, sebanyak 20 bait, biasanya dijadikan selingan dibaca di Semaan Al Quran dan Dzikrul Ghofilin. Isi doa Syi'ir itu dibagi menjadi dua hal, yaitu: pengakuan dengan penuh kesadaran diri kita adalah hamba yang banyak dosa, hina dina, dan lemah tiada mampu berbuat apa-apa tanpa campur tangan Allah. Dan pengharapan agar diberi ampunan, ditata lahir maupun batin, dilimpahi dawamut tadzakkur (berkelanjutan dzikir), dawamut tasyakkur (berkelanjutan bersyukur), dawamul liqo' (berkelanjutan merasa berhadap-hadapan dengan Allah), dan seterusnya.

Dengan mengungkap sedikit pribadi dan karya Gus Mik, meskipun beliau sendiri mungkin tidak berkenan, jelaslah 'vonis berdosa' yang dialamatkan kepada 'kiai yang bersangkutan alias Gus Mik' oleh Drs Agus Sunyoto MPd tidak berdasar dan tidak tepat. Vonis berdosa seperti itu hanyalah ibarat 'sebuah wajah yang ditekuk-tekuk.'